SMPN 111 Jakarta – Guru-dosen hingga siswa-mahasiswa jangan anti-ChatGPT. Kemajuan teknologi tak bisa dilawan. Ketimbang “dimusuhi”, chatbot buatan OpenAI itu justru bisa dimanfaatkan menjadi alat bantu di dunia pendidikan.
“Jadi perkembangan teknologi itu memang tidak bisa dihindari. Namun demikian, kita sebagai pendidik harus terus mengingatkan menginspirasi rekan-rekan di lingkungan pendidikan, termasuk mahasiswa, bahwa teknologi berkembang dan pasti berubah dengan cepat. Tetapi kita (manusia) harus tetap jadi center. Dalam artian kita harus paham bahwa yang namanya teknologi itu berubah. Teknologi itu membantu sebagai alat bantu, bukan untuk menggantikan kita,” jelas Rektor Telkom University Prof Adiwijaya.
Prof Adiwijaya menjawab pertanyaan detikEdu di sela-sela peluncuran buku ‘ABCD…X Xperience Matters: Teknologi untuk Peradaban Digital’ di Telkom Landmark Tower, Jl Gatot Subroto, Jakarta, Selasa (16/5/2023) ditulis Rabu (17/5/2023).
Jadi, Prof Adi, demikian panggilan akrabnya menyatakan sangat tidak mungkin dunia pendidikan ini anti-ChatGPT. Karena kemajuan teknologi itu suatu keniscayaan.
Satu lagi, Prof Adi berpesan agar siswa hingga mahasiswa mengasah soft skill. Para pendidik juga bisa memberikan materi yang lebih banyak bagi anak didik untuk meningkatkan soft skill.
“Jadi kuncinya soft skill, soft skill itu enggak bakal bisa digantikan sama mesin,” imbuh Prof Adi.
Di lokasi yang sama, pendapat yang diutarakan Prof Adi ini, sejalan dengan pendapat Prof Hammam Riza, President Kolaborasi Riset dan Inovasi Industri Kecerdasan Artificial (Korika). Hammam menjelaskan bahwa sekarang banyak startup edutech yang menyediakan platform belajar online. Nah pola belajar hingga minat dan cita-cita seorang anak didik ini, bisa dilacak menggunakan AI.
“Kalau untuk bidang pendidikan bisa personalized learning apa yang menjadi cita-cita seorang anak didik, dia bisa di-custom itu, bisa memberikan rekomendasi-rekomendasi untuk materi pembelajaran,” tutur mantan Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) ini.
Dampaknya, selain personalisasi materi dan pola pembelajaran hingga roadmap dalam platform belajar online, AI juga membantu dalam akselerasi pembelajaran siswa. Termasuk akselerasi talenta-talenta dalam bidang digital.
Kelemahannya, semua data-data privasi akan tersebar secara merata dengan menggunakan blockchain, sistem penyimpanan data digital yang berisi catatan yang terhubung dengan kriptografi. Namun apapun bentuk AI-nya, ChatGPT atau apapun namanya, slogan ‘old but gold’ ini ‘man behind the gun’ akan selalu relevan. “Iya masih relevan itu ‘man behind the gun’. Semua tergantung manusianya,” tuturnya.
Sumber : DetikCom